Selasa, 15 April 2014

“Cerita Saya Tentang Kebanggaan Menjadi Anak Indonesia…itu…!!!”

“Cerita Saya Tentang Kebanggaan Menjadi Anak Indonesia…itu…!!!” Oleh : Lisa Mery T Jalan hidup yang dipenuhi dengan ide, harapan dan perjuangan adalah bekal anak-anak Indonesia, karena termotivasi untuk sedikit memompa optimisme kepada adik-adik SD yang merupakan target “Kelas Inspirasi” di tahun 2014 saya ikut Kelas Inspirasi Sulawesi Selatan, motivasi yang besar ini bagai percik kecil saja tetapi saya rasa penting. Berawal dari ajakan seorang sahabat untuk ikut jadi “Relawan Pengajar” untuk membagi ilmu dan motivasi selama sehari di SD…wuaaah…sejak saat itu dalam pikiran terus ada kalimat..” harus ikut…harus ikut…ini kegiatan baik…pasti ikut…”. Padahal…niat besar tersebut baru diantisipasi di beberapa hari terakhir…hihihi…menunggu, akhirnya berhasil terpilih untuk Kelas Inspirasi #2 Kota Makassar untuk mengajar pada Rabu, 5 Maret 2014 ini…alhamdullilah Ya Allah…saya diberi kesempatan masuk TIM 13 KI yang berisi para professional muda yang wuah…sangat ramah, cerdas, ceria dan kompak…sangat bersyukur kami baru dipertemukan di Briefing Time pada hari Sabtu, 2 Maret 2014. Tim 13 terdiri dari Kak Wresni Wira, Kak Asrul Supeno, Kak Andi Faradilla Mulkyawan, Kak Irwan Anwar Said, Kak Firzan Nainu, Kak S. Gegge Mappangewa, Kak Ainun Jariyah Yusuf, Kak Arfa, dengan pendamping yang T.O.P B.G.T Kak Debby Dibya dan Kak Hesti yang keren, semakin mantap saja keyakinan ini, cieee… Sehari sebelumnya dari kampus berbekal rintik hujan nan syahdu saya meluncur dengan si Biru (motor) menuju SDN Mamajang 1 yang terletak di Jalan Singa No.55 untuk survey…jujur agak deg-degan juga (pengalaman selama ini mengajar mahasiswa yang terbiasa diarahkan berpikir abstrak/teoritis menuju praktis) lha..ini bakal menghadapi anak-anak yang kata kunci dalam “Modul Pelaksanaan Pengajaran Kelas Inspirasi Sulawesi Selatan” harus diberikan bahasa-bahasa konkrit…itu…!!! Tidak apa-apa ya…we are professional…so there is the way…lah…pasti ada jalan ada petunjuk…keyakinan ini yang saya bawa-bawa di hari survey…tentu melihat lingkungan sekolah pada saat survey hari itu menghadirkan keyakinan bahwa pasti besok kegiatannya “seruuu…” Hari “H” dimulai saat saya memasuki gerbang sekolah SDN Mamajang 1 …siswa-siswi yang imut dan ceria sudah banyak, mereka berjalan dan berlari sebelum akhirnya berkumpul di lapangan tengah sekolah saat bel/lonceng berdentang mengingatkan untuk “Apel Pagi”. Kami Pengajar dari Tim 13 KI juga sudah siap…sebenarnya Pembukaan yang kami siapkan berbarengan dengan “senam pagi istimewa” para pengajar akan menirukan polah satwa ketika bergerak (ada bebek, monyet dan lain-lain…lupa..) dan….hujan membuat pembukaan singkat itu berlanjut langsung ke area masing-masing kelas…tanpa jeda… Saya kebagian kelas IV (jam 07.30-08.00 wita), kelas VI (jam 08.05-08.35 wita), kelas III (jam 09.15-09.45 wita), istirahat 15 menit lanjut kelas V (jam 10.00-10.30 wita) dan kelas penutup kelas I (jam 11.20-11.55 wita)…fiuuuh…hup…!!! Dalam masa-masa peralihan waktu mengajar yang masing-masing berdurasi 30-35 menit tersebut…saya sangat bersemangat…levelnya naik menyesuaikan dengan antusiasme yang. Kelas pertama diantara “Bang Time dan Outline” anak-anak SD kelas IV itu ada yang terlambat, datang satu persatu..muncul di depan pintu, dengan suara sayup-sayup memberi salam…berkomat-kamit lalu menuju ke tempatnya duduk…agak mengganggu karena setiap ada yang terlambat maka dipastikan mata teman-temannya menoleh kea rah pintu dan mengalihkan perhatian dari “apa yang seharusnya tersampaikan pada sesi Bang!!”. Tidak apa-apa, mereka hanya siswa-siswi kecil yang patuh…itu yang terlintas…saya cukup senang, antara guru wali kelas dan siswa-siswi sehari di SDN Mamajang 1 itu semua menerima kami dengan antusias…mereka ceria, mereka bahkan memanggil kami lagi dengan nama yang sempat kami perkenalkan saat berdiri (baru sehari loh…bangga..). Ada peristiwa yang cukup berkesan di kelas I ada anak perempuan yang duduk paling belakang berpostur besar memakai kacamata, sejak saya masuk pemandangan dalam kelas adalah anak-anak laki-laki dan sebagian anak-anak perempuan meminta permen padanya, tak dihiraukannya saya, yang tidak diketahuinya siapa tentu saja…saat saya mencoba untuk terus focus melalui tahapan-tahapan memotivasi dan memperkenalkan profesi saya yang setidaknya bisa memberikan bayangan apa itu “dosen” dan dunia kampus secara real/konkrit anak perempuan itu minta izin…”ibu…saya izin ke toilet ya…(belum diizinkan lha itu anak sudah hilang…) dan kurang lebih 5 menit dia datang lagi dengan…taraaaa…ha??? Bawa bakso satu tusuk…heeeem…gggrrrrhh…(ucap dalam hati…sabar buuuw…) Saya bertanya,”katanya tadi ke toilet buang air kecil,kook..??? “Iya bu…saya tadi sudah buang air setelah itu kan jadi haus, saya beli minuman bu eh langsung terasa lapar…ya saya beli saja bakso ini…(sambil jalan menuju bangkunya di area paling belakang). Saya, “yah…sudah anak-anak jadi….” Hampir pingsan saking kesal. Mendamaikan anak-anak kelas I tentu hal yang butuh ekstra kesabaran…suara saya yang mulai serak-serak karena agak berteriak untuk mendamaikan kelas agar materi tersampaikan tak juga mendapat 100% perhatian, apalagi si anak perempuan itu adaaa…saja cara untuk membuat kelas riuh rendah…heheh…usap-usap dada…tandanya anak-anak itu sehat, masih semangat dan masih dengan kebiasaan natural mereka yaitu suka bermain. Itu penting!! Apa yang kemudian menjadi inspirasi bagi saya dari Kelas Inspirasi tersebut…banyak. Saya belajar untuk lebih bersabar, lebih menjiwai bahwa anak-anak adalah makhluk lucu yang lugu, anak-anak adalah pribadi muda yang masih bisa dibentuk (menjadi anak-anak periang dan tekun bahkan disiplin) karena mereka belum terkontaminasi “kepentingan golongan”. Dari kelas-kelas peralihan yang singkat ada beberapa catatan penting, bahwa dunia pendidikan kita masih harus dibenahi, guru-guru utamanya wali kelas adalah seorang yang punya banyak kewenangan untuk mengasah budi pekerti anak-anak di tingkat sekolah dasar tersebut. Guru tidak boleh lalai, guru harus bertingkah laku baik, mencontohkan perilaku yang wajar…tidak bisa memasukkan anak-anaknya sendiri untuk menginterupsi kelas di sela-sela jam mengajar, karena mengganggu aktivitas anak-anak lain (siswa/i) yang sebenarnya masih mau belajar dengan tekun. Yang dibutuhkan adalah sifat penyayang dan kompetensi yang cukup, guru-guru adalah kalangan terdidik yang juga sebaiknya mampu menghadirkan contoh perilaku berbudi pekerti, budaya literasi atau membaca di kalangan siswa/i, budaya kreatif yang memandu anak-anak kecil itu untuk berpikir mereka ada dan bisa menciptakan berbagai peristiwa unik dan masih boleh bermain sesuai umur, dengan proses alamiah. Contoh dan teladan. Pendidikan di Indonesia akan lebih bila semua sekolah dasar berorientasi pada pembentukan karakter bukan membunuh karakter. Dengan melabeli siswa/i dengan kriteria “anak pintar, anak baik, anak hebat.” Saya kira anak-anak akan bisa beradaptasi dengan ilmu pengetahuan, agama dan budaya secara baik dan pastinya mudah. Cerita saya tentang kebanggaan menjadi anak Indonesia pun bukan dongeng lagi…tetapi konkrit dan tercermin pada perilaku manusia dewasa yang dulunya anak-anak itu. Salam.